Saturday, December 11, 2010

Jalan Dakwah

Jalan dakwah adalah jalan panjang perjuangan, jalan yang penuh rintangan, penuh hambatan, tekanan dan tribulasi-tribulasi lainnya, sehingga banyak para pejalan dakwah yang tadinya bersemangat berlari di jalan ini, kemudian pelan-pelan melambatkan larinya, kemudian dia berjalan sampai dia kelelahan di jalan ini dan akhirnya mengundurkan diri dari jalan, yang sebenernya tujuan akhirnya sangat indah, dakwah ini. Entah kelelahan itu, karena kelelahan hati karena “dikhianati”, dikecewakan oleh keputusan-keputusan yang tidak mengenakkan atau karena mereka melihat para pejalan dakwah lain yang tidak sesuai dengan idealita, entah karena terlalu cinta dunia, entah karena mereka kelelahan karena tak pernah “berhenti sejenak”, atau para pe-lelah ini tadinya menganggap ringan jalan ini, atau mungkin juga mereka ada di jalan ini karena ingin ngetop atau mencari popularitas, sehingga mereka juga ikut-ikutan berjalan di jalan ini, tapi, di tengah jalan mereka tidak kuat menempuh perjalanan kemudian akhirnya roboh juga di jalan ini.

Dan masih banyak sebab-sebab lain yang mungkin, jika terus ditelusuri hanya akan menambah permasalahan hingga, sekali lagi mungkin tak ada solusi yang memadai untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Sebenarnya, langkah pertama yang harus kita lakukan agar kita tidak roboh dalam perjalan mengarungi jalan panjang ini adalah memeriksa diri kita terlebih dahulu. Apakah niat kita masih lurus ? apakah ibadah-ibadah yaumiyah kita tidak menurun ? apakah amalan unggulan kita masih kita lakukan ? karena mungkin, jika kita mulai penat akan perjalanan ini, boleh jadi, diri kita sendirilah yang bermasalah, bukan karena pejalan-pejalan lain yang membuat kita penat dan kita merasa merekalah yang seharusnya salah, karena berjalan tidak sesuai track-nya. Tapi, sadarkah kita bahwa memang seharusnya kitalah yang terlebih dahulu mengevaluasi diri kita sendiri. Kemudian, jika kita telah me-muhasabah-I diri kita, tapi, kita terus merasakan “ketidak enakkan hati”, dalam berjalan maka, kita diperbolehkan berhenti dulu sejenak, untuk men-charge baterai kita, atau bahkan meng­-install ulang “software-software” kita. Kita tidak berhenti selamanya, hanya berhenti sejenak untuk memikirkan kembali, apa yang harus kita lakukan dan bekal apa yang harus kita bawa dalam meneruskan perjalanan. Setelah, kita mengevaluasi dan berhenti sejenak, saatnya kita berbaur kembali dengan yang lain. Terakhir jika kita masih menemukan atau melihat saudara-saudara kita di jalan ini, sedikit menyimpang dari track atau kita merasa dia memerlukan nasihat, kritik dan saran dari kita untuk menempuh jalan ini maka, sampaikanlah (usahakan) dengan baik walaupun pahit tapi, sebenarnya nasihat, kritikan dan saran inilah yang menyembuhkan kita dan mereka yang berjalan di jalan panjang perjuangan penuh rintangan ini. Ibarat jamu yang tidak mengenakkan, tetapi menyehatkan bagi tubuh.

Berjalanlah, percayalah kau tidak sendiri !

Patahkan semua kecewamu

Patahkan semua kesedihan

Bersabarlah, karena tidak ada masalah di luar kemampuan kita

Bersabarlah, karena sabar pada orang lain adalah kasih sayang

Sabar pada diri sendiri adalah harapan, sabar pada orang yang kita cintai adalah ibadah

Sabar pada Allah adalah takwa, maka, bersabarlah ikhwah

Berjalanlah, percayalah kau tidak sendiri !

(Thufail Al Ghifari-Petunjuk Jalan, Inspired from Alm. Ust. Rahmat Abdullah dan seorang Syahid di tiang gantungan : Sayyid Quthb)

Dipersembahkan untuk saudara-saudariku yang (mungkin) mulai lelah menapaki jalan dakwah, dari diri yang juga tidak lebih baik dari kalian. Tulisan ini hanya sekedar refleksi diri atas eksperiensi selama ini.

October 29th, 2007 by johanjoehahn

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Komen Ya...