Saturday, December 11, 2010

Bom Syahidah Ketiga, Ayat Al Akrash Pelajar Teladan yang Memilih "Gaun Pengantin" Surga

1. Data Pribadi:

Nama : Ayat Al Akrash
Tempat/tgl lahir : Kamp Pengungsi el Duhaesah
Pekerjaaan : Pelajar SMA
Waktu Aksi : 29 Maret 2002
Korban : 3 tentara Israel tewas dan melukai sekitar 70 orang lainnya.
Organisasi : Brigade Al Aqsha, sayap militer Fatah

Suatu yang amat langka memang, jika senandung pengantin harus mengiringi kepergian seorang syahidah. Tapi itulah yang terjadi. Karena hari-hari ini seharusnya adalah hari persiapan Ayat Al Akrash, yang sudah dipersiapkan sejak satu setengah tahun lebih.

Ia, keluarganya dan pihak mempelai pria yang sesungguhnya telah menyepakati bahwa bulan Juli 2002 seharusnya menjadi hari perkawinannya. Ia akan berdiri sebagai pengantin layaknya para gadis di dunia ini. Salah satu yang sangat indah bagi setiap insan. Tetapi ternyata ada yang LEBIH indah bagi gadis sholihah Palestina ini. Yakni wewangian darah keabadian syuhada, lengkap dengan gaun pengantin surgawinya. Semua itu ia lakukan untuk mengembalikan hak dan izzah bangsa Palestina. Aksi bom syahidnya menewaskan tiga orang yahudi dan melukai puluhan orang lainnya.

2. Berlinang Air Matanya

Di sebuah rumah yang sangat sederhana di kamp pengungsian Dahsyiah, berlangsung ta'ziah dan belasungkawa atas syahidah Ayat Al Akrash. Dalam benak setiap pengunjung yang akan melakukan layaknya ta'ziah pastilah yang akan terdengar adalah suara isak tangis kepada seorang pengantin yang belum menyempurnakan hari resepsinya. Tetapi setiap pengunjung pada hari itu sungguh sangat terkejut ketika mendengar sayup-sayup suara nyanyian yang terdengar dari jarak ratusan meter dari rumah itu.

Sementara ibunda syahidah dengan penuh kesabaran dan kearifan menerima ucapan selamat dari para tamu yang dating mengucapkan selamat kepadanya. Ibunda syahidah Ayat menceritakan hari terakhir anaknya itu keluar dari rumah.
 
Tidak seperti biasanya Ayat bangun sangat pagi sekali, tetapi nampaknya ia kurang tidur pada malamnya. Kemudian Ayat shalat shubuh dilanjutkan dengan membaca Al qur'an. Ayat-ayat jihad dibacanya berulang-ulang dengan nada bergetar. Sesekali ia terhenti, menahan isak tangis. Menjelang pukul 06.00 waktu Palestina, dia menulis sesuatu di meja belajar. Sejurus kemudian Ayat sudah berseragam dan bergegas menuju dapur untuk menemui ibundanya.
 
Ia meminta izin kepada saya akan pergi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran yang tertinggal. Kemudian saya pegang tangannya, karena hari itu adalah hari Jum'at yang merupakan hari libur di seluruh sekolah negeri ini. Tetapi ia tetap meminta izin untuk pergi ke sekolah dan memberitahu saya bahwa hari Jum'at ini adalah hari yang terpenting dalam kehidupannya. Mendengar hal itu maka saya berdoa kepad Allah SWT agar membimbingnya dengan taufiq dan rahmatnya dan memberikan keridhoan kepada anak saya ini. Belum lagi saya selesai membacakan doa, tiba-tiba saya lihat dari kedua matanya linangan air mata, seolah doa yang saya ucapkan itu menjadi tambahan motivasi dari seluruh cita-citanya, dan seolah kalimat yang meluncur secara tiba-tiba dari mulut sang ibunya itu menjadi motivasi untuk keberhasilannya. Kemudian ia memandang saya dengan sangat dalam dengan senyuman bahagia, sambil berkata: doa inilah yang saya inginkan dari ibu. Kemudian ia dengan tergesa-gesa keluar dari rumah ditemani adik kandungnya, Samah untuk pergi ke sekolah.

3. Firasat Seorang Ibu

Ketika melihat yang kembali dari sekolah hanyalah adiknya saja Samah pada jam 10.00 siang, detak jantung ibunda Ayat semakin kencang, ia mulai merasakan ada sesuatu yang akan terjadi, apalagi melihat kondisi keamanan di Palestina yang sangat gawat. Dimana tentara Israel mungkin saja menyerang kamp pengungsian tempat mereka tinggal selama ini. Ibunda Ayat tenggelam dalam jutaan dan lautan pertanyaan yang tidak berujung. Ibunda Ayat berusaha untuk menahan air mata dan tangisan, tetapi tidak bisa. Firasat dan pertanyaannya dalam hati: Mungkinkah anaknya telah melakukan aksi bom syahid seperti yang ia cita-citakan selama ini? Tetapi bagaimana caranya? Bagaimana mungkin itu ia bisa lakukan? Lalu kalau benar bagaimana dengan nasib calon pengantin pria? Bagaimana dengan pakaian pengantin yang telah ia siapkan? Dan bagaiamana dengan cita-citanya untuk melanjutkan kuliahnya?

Ditengah gejolak pikirannya yang sangsi akan melakukan aksi bom syahid. Namun detak jantungnya semakin memburu, seolah membenarkan bahwa semuanya memang telah terjadi. Dan tiba-tiba ia mendengar suara dari televisi yang memberitakan telah terjadi aksi bom syahid di kota Netanya dilakukan oleh seorang gadis belia Palestina. Mendengar hal itu, maka ibunda Ayat sudah tidak mampu berkata-kata apa-apa kecuali air mata yang terus mengalir dari matanya yang semakin sembab. Ia kemudian berkata: mendengar berita itu, saya jadi yakin bahwa Ayat telah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.

Dengan melakukan aksi bom syahid menjelang hari pernikahannya maka Ayat telah menjadi sosok pengantin syuhada Palestina, ia telah rela meninggalkan dunia demi mencapai cita-citanya untuk membalaskan rasa sakit para syuhada tetangganya Isa Farh dan Said Ied yang syahid akibat gempuran meriam Israel terhadap rumah mereka berdua yang kebetulan berdampingan dengan rumahnya.

4. Ilmu dan Syahid Adalah Jembatan Surga

Syahidah Ayat Al Akrash lahir pada 20 Februari 1985. Ia anak ke empat dari tujuh saudara wanita dan tiga saudara laki-laki. Saat ini ia duduk di kelas 3 SMU dan ia dikenal dengan prestasinya yang sangat gemilang di sekolahnya. Pada tahun pelajaran ini saja, ia berhasil mendapatkan nilai istimewa dan menjadi juara umum di sekolahnya.

Walaupun ia tahu pasti waktu aksi peledakan bom syahid yang akan ia lakukan, tetapi ia masih tetap tekun menghapal dan mempelajari semua pelajaran sekolahnya. Bahkan pada malam terakhirnya, ia menghabiskan waktunya hanya untuk membaca seluruh pelajaran sekolahnya, kemudian ia pergi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran terakhirnya. Hal ini ia lakukan untuk memberikan pelajaran khusus kepada teman-temannya tentang urgensinya ilmu pengetahuan.

Tentang jihad, Ayat selalu berkata, "Jihad itu kewajiban setiap Muslim. Termasuk wanita. Mengapa kita harus membiarkan nyawa kita terenggut sia-sia oleh kebiadaban zionis Israel." Kematian seorang mujahid, kata dia, akan membangkitkan keberanian mujahid-mujahid lain, bukan sebaliknya.

Teman sebangkunya Haifa yang masih tetap tidak percaya dengan syahidnya Ayat mengatakan bahwa memang Ayat selama ini selalu menasehati teman-temannya agar serius dalam belajar dan selalu berusaha untuk menyelesaikan masa pendidikan sampai perguruan tinggi walaupun kondisi keamanan tidak memungkinkan. Kata Haifa:
 
Sejak seminggu yang lalu saya saksikan Ayat selalu mengumpulkan semua foto para syuhada di dalam laci meja belajarnya. Ia menuliskan banyak puisi tentang fadhilah mati syahid dan para syuhada. Tetapi saya sama sekali tidak menyangka bahwa Ayat berniat untuk mengikuti jejak mereka.

Memang sejak meletusnya intifadhoh pertama ia selalu mengumpulkan setiap foto para syuhada. Selain itu ia juga sangat antusias untuk selalu mendapatkan nilai tertinggi dan menjadi juara di sekolahnya.

5. Syahidnya Wafa Membangkitkan Obsesi Lama

Syahidah Ayat sangat rajin mengumpulkan foto-foto para syuhada. Tetapi kewanitaannya ia rasakan sebagai kendala penting dalam mencapai cita-citanya itu. Maka hari-harinya selalu dipenuhi oleh pikiran untuk menjadi pelaku aksi bom syahid, namun seperti mustahil untuk direalisasikannya. Tetapi ketika Wafa Idris sebagai pelaku pertama bom syahid wanita Palestina berhasil melakukan aksinya, maka hal itu menjadi peneguh kembali cita-citanya itu. Maka dengan segera ia hancurkan semua penghalang, baik dalam dirinya atau kendala eksternal berupa gangguan keamanan dari pihak tentara Israel yang selalu mengawasi setiap gerak gerik mencurigakan. Ia lalui semua itu dan akhirnya berhasil sampai pada salah satu Brigade Militer Pejuang Palestina. Di bawah Brigade Al Aqsha, ia kemudian dilatih pendidikan kemiliteran. Walaupun sebelumnya, ia pernah menolak untuk bergabung dengan organissai manapun termasuk dengan organisasi sekolah tempatnya belajar selama ini.

Menurut ibunya bahwa ternyata Ayat itu tidak pernah main-main dengan cita-cita yang sering ia ungkapkan kepada saudara-saudaranya. Dan untuk menggapai cita-cita mati syahidnya, ia sendiri yang menanggung biaya untuk mencari informasi organisasi apakah yang bisa membantunya untuk melakukan aksi bom syahid.

Rasanya masih tergiang di telinga ibunda Ayat perkataan anak tercintanya, Untuk apa aku hidup, kalau kematian selalu mengancam kita dari segala arah? Maka aku harus menjemput kematian itu sebelum ia menjemputku dan aku harus membalas kematian saudara sebangsaku sebelum aku mati.

6. Menyongsong Syahid dengan Wajah Berbinar

Adik kandungnya, Samah, siswi kelas 1 SMU, sekaligus teman karibnya yang selalu menjadi tempat curhatnya langsung pingsan ketika mendengar berita tenatang aksi bom syahid yang dilakukan oleh kakak kandungnya. Walaupun ia sesungguhnya sudah mengetahui banyak tentang rencana kakaknya itu untuk melakukan aksi bom syahid. Samah bercerita dengan air mata agak tertahan tentang saat-saat terakhir bersama kakaknya itu, ketika ia mengantarkannya ke sekolah tempat ia belajar :
 
Aku melihat cahaya yang begitu bersinar di wajahnya. Ia tampak sangat gembira. Hatinya sangat berbunga-bunga. Saya tidak pernah melihat ia begitu gembira seperti pada waktu itu. Kemudian ia memberikan aku beberapa bungkus coklat sambil berkata kepada saya dengan suara yang penuh kasih sayang seorang kakak kepada adik yang dicintainya : Sholatkanlah aku dan berdoalah untukku agar Allah memberikan taufiqnya kepadaku. Saya kemudian bertanya sholat untuk apa? Maka ia menjawab dengan enteng: hari ini kamu akan mendengar berita yang sangat menyenangkan. Karena hari ini adalah hari yang terindah dalam hidup saya yang sudah saya tunggu sekian lamanya. Apakah kamu mau menitip salam buat seseorang?
 
Saya menjawab pertanyaan itu dengan setengah bercanda: sampaikan salamku kepada As Syahid Mahmud Abu Hannud dan kepada As syahid Said.
 
Saya berkata begitu, karena saat itu saya yakin sekali kakak saya tidak akan berani melakuan aksi bom syahadah seperti yang sering ia bicarakan kepada saya.

Samah berhenti sebentar untuk mengusap air matanya. Kemudian ia melanjutkan :
 
Pandangan terakhir yang saya lihat darinya adalah bahwa pandangan itu tidak seperti biasanya dan bahkan sebuah pandangan yang tidak masuk akal, seolah ia ingin mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang ada di sekitarnya. Tetapi saya lawan semua prasangka bahwa ia akan melakukan bom syahid. Karena keberanian seperti apa yang ia miliki untuk melakukan itu semua? Dan siapa yang akan melatihnya? Sementara ia sendiri menolak untuk bergabung dengan organisasi manapun termasuk dengan Organisasi Siswa Sekolah? Tetapi sekarang saya baru tahu semua itu telah terbantahkan dengan sendirinya.

Saya hanya akan mengatakan : Selamat atas syahidnya kakak saya itu, saya berjanji akan berjalan di jalan mati syahid. Karena sesungguhnya kita semua merupakan bagian dari proyek mati syahid.

7. Calon Suami: Saya Ingin Menyusul Ayat Secepat Mungkin

Syadi Abu Labin calon Ayat sangat terkejut dengan berita syahidnya tunangannya itu. Karena beberapa jam sebelumnya ia sempat berdiskusi tentang masa depannya untuk menghadapi masa hidup berumah tangga yang belum sempat terlaksana. Karena dalam rencanannya pernikahan itu baru akan berlangsung pada bulan Juli 2002 ini, setelah Ayat selesai dari ujian akhir SMU. Mereka berdua sesungguhnya telah melewati masa lamaran yang cukup lama sekitar satu tahun setengah mereka menunggu waktu yang sangat istimewa itu.

Sebelumnya dalam beberapa kali diskusi dan pembicaraan, Ayat menginginkan seorang anak wanita dan mengusulkannya agar anak mereka berdua nantinya diberi nama : Adi. Makanya ia tak menyangka kalau Ayat begitu cepat pergi menjadi salah satu pejuang istimewa Palestina.

Kejadian ini membuat sang calon pengantin pria merasa terlempar jauh dari impian keluarga idamannya yang akan ia bina bersama Ayat. Ayat kini telah menjadi mempelai wanita seluruh warga Palestina dan pejuang Islam sedunia.

Syadi mengenal Ayat dari saudara laki-lakinya. Kemudian ia melamarnya pada bulan September 2000. Kini tidak ada yang bisa ia ceritakan lagi, kecuali air matanya terus membasahi pipinya. Dengan terbata-bata dan linang air mata Syadi mengungkapkan kenangan manisnya.

Kami merencanakan menikah setelah ujian sekolah selesai tahun ini. Tetapi rupanya Allah mempunyai rencana lain bagi kami berdua. Semoga kita berdua bertemu di surga itulah kalimat terakhir dalam sebuah surat yang Ia (Ayat) tulis untuk saya terakhir kali.

Kemudian Syadi termenung sejenak.
 
Ayat lebih saya cintai bahkan dari diri saya sendiri. Saya mengenalnya sebagai orang yang berjiwa tegar, motivasi tinggi, cerdas dan kreatif. Ia sangat mencintai bangsanya dan negerinya. Selalu ceria dalam hidupnya. Berangan-angan menjamin keamanan bagi seluruh anaknya, karena ia sangat khawatir dengan eksistensi Zionis Israel. Setiap kali berbicara tentang masa depan, ia akan akhiri dengan cita-citanya menjadi pelaku bom syahid. Selalu ia bayangkan korban yahudi yang berjatuhan sementara darah kami membasahi tanah yang akan mengalir ke surga. Waktu itu kami berjanji akan melakukan aksi bom syahid berdua bersama-sama.

Kemudian Syadi termenung lagi. Dengan senyuman di wajahnya yang diselimuti rasa kesedihan. Ia berkata lagi :
 
Dalam silaturahmi saya terkahir kali, ia memohon kepada saya agar tidak cepat-cepat pulang dan tetap berada di rumahnya. Setiap kali saya mau pulang, ia selalu melarang saya. Seolah ia mengucapkan kata perpisahan kepada saya. Atau dengan kata lain, ia mungkin ingin melihat benih-benih cinta kami ini melalui pandangan mata dan hati yang suci untuk tetap bersamanya sebagai pertemuan dan kebersamaannya dengan saya yang terakhir kali.

Walaupun tampaknya ia berusaha untuk bersabar dengan kepergian Ayat, tetapi jelas sekali Syadi tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
 

Saya selalu berharap bisa menemaninya dalam melakukan aksinya, kemudian kami mati syahid bersama. Tetapi sekarang ia telah mendahului saya, saya hanya bisa mengatakan. Selamat atas syahidnya, semoga Allah bisa memberikan jalan kepada saya untuk mengikuti jejaknya secepat mungkin. Ya, secepat mungkin.. ucap pemuda Palestina yang baru saja meraih gelar sarjana muda hukum ini.

Ayat telah pergi dengan memilih gaun pengantin surgawi. Selamat jalan Ayat.

-dikutip dari www.hudzaifah.org-

1 comment:

  1. semoga Allah melapangkan jalan perjuangan rakyat Palestina. Semangat bgsa Palestina smgmenginspirasi umat Islam di negara lain untk berjuang mencari keridlaan Allah.

    ReplyDelete

Jangan Lupa Komen Ya...